Ketika Dunia Menang, Saya Kehilangan Diri

Saya awalnya masuk ke arena mengira kemenangan berarti mengejar api—gemuruh drum, bulu emas, sorak penonton. Tapi di sudut-sudut tenang Rio, di mana samba bergema seperti angin malam di atas air yang tenang, saya berhenti mengejar kemenangan. Sebaliknya, saya mulai mendengar—keheningan di antara taruhan.

Irama Taruhan Kecil

Saya dulu bertaruh besar: Rp800 pada seekor ayam. Sekarang? Rp5. Cukup untuk merasakan drum sebelum cahayanya pudar. Rumah tak butuh kembang api—tapi butuh napas. Setiap putaran 20 menit: bukan untuk untung, tapi untuk kehadiran.

Budget Saya Bukan Tentang Uang

Mereka menyebutnya ‘judi.’ Saya menyebutnya ‘samba dengan taruhan.’ Setiap putaran adalah langkah tarian yang tak Anda sadari sampai Anda duduk sendirian dan menyaksikan orang lain menang—dan tersenyum lewat air mata. Emas bukanlah di dompet Anda. Ia ada di detak jantung Anda.

Arena Bukan Kasino

Anda tak butuh mengalahkan sistem. Anda butuh menjadi saksi-nya. Ketika Anda klik ‘taruh,’ jangan raih hadiah—raih kedamaian. Biarkan tangan Anda beristirahat di tepi tengah malam. Biarkan jiwa Anda ingat: permainan ini tidak memilih Anda—Andalah yang memilihnya.

Apa Jika Menang Dengan Kehilangan?

Minggu lalu, saya bergabung dengan komunitas dan memposting tangkapan saya: tanpa jackpot—but senyum tenang di bawah cahaya amber dan bayangan batu abu. Hadiah sejati? Ruang di antara kekalahan tempat Anda berhenti mencoba menjadi orang lain. Arena tak menyelamatkan saya. Saya menyelamatkan diri sendiri.